Banyak Meramal Calon Fattah Jasin – Hairul Anwar Bakal Menang di Pilakda Sumenep

Sumenep, 17 April 2020

Oleh: Mata Dullah

https://gempardata.com/

BISA jadi ini pernyataan irrasional. Konklusi politik yang tak rasional.

Tapi itu, fakta. Sejumlah ahli spritual di Sumenep memprediksi jika Hairul Anwar menggandeng Fattah Jasin di Pilkada Sumenep akan meraih kemenangan.

Entah bagaimana para spiritualis menyimpulkan itu. Bahkan salah satu sipritualis berani taruhan rumah jika Paslon Fattah Jasin-Hairul Anwar gagal terpilih di Pilakda Sumenep.

Duh…kok begitu ekstrim…

Ya begitulah dunia spiritualis membuat kesimpulan. Dan pernyataan Fattah Jasin-Hairul Anwar bakal terpilih bukan datang dari satu dua orang.

Ini hanya kesimpulan para spiritualis yang memprediksi duet Fattah-Hairul akan meraih kemenangan.

Jangan langsung percaya. Percaya kepada ahli ramal adalah perbuatan dosa besar.

Lalu siapa yang perlu dipercaya?

Ingat Sabda Nabi Muhammad Saw?…

Ittaqu firasat al-mukmin, fa in-nahu..yan duru bi nurillahi ta’ala (takutlah kepada firasat orang mukmin…karena dia melihat dengan nur (cahaya) Allah,” al-hadits HR Tirmidzi.

Melihat dengan nur ilahi…duh kok jero, kata orang jawa. Maka kata para salik (pejalan), firasat al-mukmin perlu diwaspadai..

Wajar, jika pada tradisi NU, banyak ummat yang patuh kepada para kiai-nya. Kenapa? karena dinisbatkan dengan istilah firasat al-mukmin.

Sosok kiai dulu-Allah memberikan kelebihan. Kiai itu menjadi hamba pilihan-Nya. Bisa melihat dengan nur ilahi.

Kiai dulu mampu melihat sesuatu dengan cahaya ilahi. Bukan dengan kacamata ilmu pengetahuan. Apalagi membaca teks-teks yang banyak santri ngerti membacanya.

Dalam bahasa Jawa, kelebihan sosok kiai itu sering disebut dengan istilah Weruh Sak Durunge Winarah mengetahui (sebuah permasalahan) sebelum (waktunya) terjadi.

Ssst …tapi prediksi duet Fattah Jasin-Hairul Anwar di Pilkada Sumenep bukan hasil dari hadits riwayat Tirmidzi.

Prediksi duet Fattah Jasin-Hairul Anwar merupkan kombinasi berbagai sumber pengetahuan. Teori politik dan metode spirtiualis.

Begitulah….

Kesimpulan itu berawal dari Pilkada Sampang dan Pilkada Pamekasan…lalu diperkuat dengan nilai-nilai politik yang beraliran liberatian.

Sehingga, adgium _bhapa’ bhabu’ guru rato_ tak bisa dipaksakan di tengah masyarakat Madura yang sudah bertransformasi dari agraris ke kosmopolitan.

Nilai-nilai _bhapa’ bhabu’ guru rato_ cukup menjadi petunjuk kehidupan sehari-hari. Tak bisa dipaksakan dalam semua lini kehidupan masyarakat Madura saat ini.

Termasuk kehidupan politik praktis. Kata guyonan di grup wa. “_Man laisal fulus, alamatan Mamfus. Bil fulus kullu sya’in mulus. Laisa fulus manfus,_”

Meme pepatah Arab di medsos ini, dirasa banget bagi yang pernah nyaleg.

Anda percaya?

Mat Dullah, Pencari Cinta Sejati

https://gempardata.com/